Belakangan semakin banyak orangtua berkeinginan anaknya menguasai bahasa asing, bahasa Inggris misalnya, sejak usia dini. Seorang ibu bahkan survei ke beberapa kelompok bermain yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris, agar anaknya sudah mulai terbiasa mendengarkan dan bercakap-cakap dalam bahasa asing sejak balita. Bersamaan dengan tuntutan para orangtua yang sangat kekinian ini, taman bermain dan prasekolah yang menawarkan pendidikan bahasa Inggris secara intensif pun kian merebak di kota-kota besar.
Anak lantas ibarat kertas yang kosong, di mana orangtua pun berlomba-lomba menggoreskan tinta ilmu pengetahuan yang berwarna-warni di atasnya. Namun, adalah penting diingat bahwa orangtua perlu cermat agar tinta tersebut tak merusak tekstur asli, warna dan sifat kertas kosong tersebut.
Ada berbagai alasan mengapa orangtua ‘bernafsu’ mengenalkan pendidikan bahasa asing ini bahkan sejak anak masih berusia balita.
Ada yang bertekad bulat menyiapkan si buah hati agar dapat bersaing secara global sejak kecil. Persaingan di masa depan akan semakin sengit. Demi kesiapan anak, maka orangtua pun sudah mulai berpikir sangat jauh dengan memberikan modal pertama untuk bersaing yaitu kemampuan berbahasa asing.
Ada pula orangtua yang memutuskan untuk memulai pendidikan bahasa asing si kecil karena pengalamannya saat mengalami kesulitan mempraktikkan bahasa asing sehari-hari karena kurang percaya diri. Mereka merasa seandainya saja telah diperkenalkan sejak dini, mereka mungkin akan lebih percaya diri, dan tentu saja akan memudahkan mereka untuk mempelajari bahasa asing lebih baik lagi. Bahkan mungkin akan bertambah dengan mempelajari bahasa asing lain selain bahasa Inggris.
Namun, tak sedikit orangtua yang memperkenalkan bahasa asing kepada anaknya sejak dini, semata karena ikut-ikutan, karena banyaknya lembaga kursus atau taman bermain yang mengajarkan bahasa asing dibuka di mana-mana. Dengan niat yang hanya ikut-ikutan ini, orangtua menjadi kurang mempersiapkan diri agar pembelajaran bahasa asing yang diberikan untuk anak menjadi lebih mudah. Bahkan bisa saja terjadi, anak akrab dengan bahasa asing di sekolah, namun ketika berada di rumah tak ada yang berkomunikasi dalam bahasa tersebut dengannya. Situasi seperti ini akan membuat anak menjadi bingung. Kebingungannya kemudian bertambah seiring keluarnya bahasa campuran. Hal ini dapat membuat anak merasa ‘tersingkir’ dari lingkungan pergaulannya, atau bahkan malah menjadi sasaran bullying, karena dia kurang bisa berkomunikasi dengan baik dengan kedua bahasa, yakni bahasa asing dan bahasa ibunya. Tentu kondisi seperti ini akan membuat anak menjadi frustrasi.
Mengawali pendidikan bahasa asing pada anak, tentu saja orangtua harus membekali diri dengan persiapan yang matang. Di antaranya adalah harus siap untuk juga berkomunikasi dengan bahasa asing tersebut di rumah, agar anak terbiasa dan semakin lancar berbahasa asing.
Jadi cermati kembali niat anak jika memang menginginkan untuk memulai pendidikan bahasa asing sejak anak masih berusia dini. Kertas putih yang ditulisi dengan tinta yang baik secara perlahan namun pasti, akan menghasilkan tulisan yang indah dan tak mudah hilang. [RedCarra]