Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang amat kaya. Mulai dari keanekaragaman hayati di darat maupun di laut, hingga sumber daya mineral yang terkandung jauh di bawah tanah yang kita injak. Teramat kaya. “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman,” begitu kata lirik sakti grup band legendaris Koes Ploes. Tapi, apakah Indonesia berdaulat penuh dalam penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam? Nanti dulu.
Selama berabad-abad lamanya negara-negara maju di Barat terbukti banyak mengontrol sebagian besar aliran sumber daya. Mulai dari air dari Sungai Nil, beras dari Delta Sungai Mekong, minyak dari Timur Tengah, batu bara dari Afrika, gas dari Rusia, tanah langka dari Cina, bijih besi dari pedalaman Australia, hingga uranium dari Kazakhstan.
Bagaimana posisi Indonesia di mata negara lain? Bagaimana negara lain yang “tak begitu memiliki” kekayaan alam melihat Indonesia? Memandang sebagai kawan? Atau lawan? Setiap negara yang memiliki sumber daya alam berbeda-beda dapat memilih untuk saling bekerja sama atau saling bersaing dan menguasai. Persaingan yang kemudian mengarah pada penguasaan satu pihak terhadap pihak lain dapat dikatakan sebagai perang. Bukan perang terbuka dengan persenjataan lengkap—walaupun ada kemungkinan ke arah sana—tetapi perang ekonomi.
Earth Wars: Pertempuran Memperebutkan Sumber Daya Global karya jurnalis dan pakar bisnis Asia Geoff Hiscock memetakan secara rinci perang ekonomi antarnegara. Ia memberikan analisis segar tentang teknologi baru, para pemain kunci, peningkatan ketegangan, dan prediksi hasilnya. Pengalaman sebagai jurnalis selama 30 tahun membuat Geoff dapat menyimpulkan bahwa Cina, India, Rusia, Brazil, Indonesia, Turki, Iran, dan sejumlah negara lain mulai tak tahan menjadi jajahan ekonomi. Mereka ingin mengambil kembali bagian mereka.
Hiscock membahas gabungan penduduk Cina dan India sebanyak 2,5 miliar berpotensi menjadi mesin pertumbuhan global yang luar biasa pada lima puluh tahun ke depan. Bagaimana perusahaan besar Cina dan India (Sinopec, CNOOC, CNPC, Indian Oil, ONGC, Reliance, Coal India, SAIL, dan masih banyak lagi) mulai dikenal di berbagai negara Barat? Untuk melengkapi kerangka berpikir pembaca dari berbagai sudut pandang, Hiscock membuat satu bab khusus yang membahas sumber daya regional masa kini.
Tak hanya menarik untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat umum, buku yang dikemas dengan cara tutur yang ringan dan mudah dimengerti ini juga menarik untuk dijadikan bahan rujukan bagi dosen dan civitas akademik, serta pelaku bisnis yang memiliki visi jauh.
Sumber: globalresearch.ca