Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa di seluruh dunia dapat diketahui dari tiga studi internasional yang dipercaya sebagai instrumen untuk menguji kompetensi global, yaitu PIRLS, PISA, dan TIMSS. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan anak sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan.
Penilaiannya difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering dilakukan anak-anak, baik membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu membaca cerita/karya sastra dan membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi.
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah.
TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah studi internasional untuk kelas IV dan VIII dalam bidang Matematika dan Sains. TIMMS dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa berbagai negara di dunia sekaligus memperoleh informasi yang bermanfaat tentang konteks pendidikan Matematika dan Sains. Pada tahun 1999, hasil studi menunjukkan bahwa di antara 38 negara peserta, prestasi siswa SMP kelas VII Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk sains dan ke-34 untuk Matematika.
Dalam studi literasi juga terdapat perbandingan pencapaian literasi siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan. Pada umumnya, siswa perempuan memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi di semua Negara terkecuali di Liechtenstein. Siswa perempuan mendapatkan kenaikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki dengan perbedaan nilai sebesar 16 poin untuk siswa perempuan dan 11 poin untuk siswa laki-laki. Sebagai perbandingan, pada literasi matematika, pencapaian siswa laki-laki masih lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan pada hampir semua negara peserta.
Di Indonesia, siswa perempuan mendapatkan kenaikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki dengan perbedaan nilai sebesar 16 poin untuk siswa perempuan dan 11 poin untuk siswa laki-laki. Pencapaian untuk masing-masing tingkat literasi menunjukkan bahwa pencapaian siswa perempuan di bawah tingkat literasi-1 bertambah dengan drastis dengan penurunan pencapaian pada tingkat literasi-3 sampai 5.
Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa-siswi Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan tingkat literasi siswa seusia mereka di dunia. Dari studi tahun 1999 itu diketahui bahwa keterampilan membaca kelas IV Sekolah Dasar kita berada pada tingkat terendah di Asia Timur.
Rendahnya pencapaian literasi siswa kita itu tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tiga hal yang akan dibahas di bawah ini berkenaan dengan ‘kurikulum’ atau desain soal PISA dibandingkan dengan standar isi atau kurikulum kita, serta kerangka teoretis yang melatarbelakangi perancangan soal tersebut. (Mayla, dikutip dari Makalah Perbandingan Gender Dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia, Dr. Suhendra Yusuf, M.A.)
Download Makalah, Klik disini