Alam semesta dan kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi ini adalah anugerah dari Allah SWT yang sangat tak ternilai harganya. Alam semesta yang kita tinggali ini merupakan ‘fasilitas istimewa’ dari Allah SWT yang harus kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Jika kita menjaga dan memanfaatkan alam ini dengan baik, maka alam juga akan memberikan kebaikannya kepada kita dan tentu Allah SWT akan memberikan kita pahala. Sebaliknya, jika manusia hanya dapat mengeksploitasi terus-menerus tanpa ada timbal balik manusia kepada alam, maka sudah bukan hal yang aneh lagi jika alam akan marah kepada kita.
Tidak terlalu berlebihan jika alam merupakan hal yang sangat penting dan berharga dalam kehidupan kita. Bayangkan saja, dalam satu hari saja seluruh yang kita manfaatkan berasal dari alam, mulai dari kita bangun tidur, beraktivitas sampai kita tidur kembali. Sudah sepatutnya jika kita selalu menjaga keberadaan alam di bumi ini karena bumi ini nantinya akan kita wariskan kepada anak cucu kita.
Ada banyak jenis makhluk hidup, ribuan bahkan jutaan yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini, namun hanya satu yang Allah SWT pilih sebagai seorang khalifah di muka bumi, yaitu kita: manusia. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke 30, Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Khalifah merupakan “pangkat” yang disematkan Allah SWT kepada manusia untuk melalukan “tugas”nya yaitu salah satunya sebagai penjaga dan pelindung alam ini dari kerusakan. Subhanallah, begitu sempurnanya Islam yang mengatur seluruh aspek hidup manusia, termasuk soal penjagaan dan pelestarian alam semesta ini.
Islam secara tegas melarang segala bentuk pengerusakan terhadap alam—termasuk lingkungan yang berada di dekat kita—baik pengerusakan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu umat Islam—terlebih sebagai seorang khalifah—tentu harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan sekitar.
Mereka yang peduli akan kelestarian dan ekosistem alam semesta ini merupakan orang-orang yang akan mendapat pahala yang besar, karena dengan kepeduliannya tersebut ia tentu dapat menyelamatkan banyak manusia. Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat ke 191:
“(Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Jauh berabad-abad sebelum kampanye-kampanye hemat energi dan penanaman pohon sering kita dengar, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.” (HR. Bukhari, No. 6012).
Pentingnya alam semesta ini bagi manusia sebenarnya sudah disadari oleh umat manusia, namun hanya beberapa gelintir saja. Meskipun kampanye-kampanye sering disampaikan namun masih saja ada orang-orang yang belum tersadarkan akan pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini sudah Allah SWT sebutkan di dalam surah Ar-Rum ayat ke 41:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Sudah sepatutnya kita sebagai seorang muslim yang beriman, bertakwa, dan mengamal ajaran Rasulullah SAW, terus berupaya untuk selalu menjaga lingkungan sekitar, baik yang kita tempati (rumah dan lingkungan perumahan kita) maupun yang kita singgahi (tempat kerja, jalanan, tempat rekreasi, dsb.) Terwujudnya keamanan, keterjagaan, dan klesetarian lingkungan, tentu dimulai dari diri sendiri dan dari lingkungan terdekat kita. (Fikni/ dari berbagai sumber)